Tuesday 18 December 2012

Is it possible?


Salahkah aku atas perasaan ini ? Yang tak mampu menutupi aku masih cinta kamu. Biarkan aku pilih jalan tuk sendiri tanpa harus ada lagi cinta selain dirimu, kasih. Keyakinan yang memisahkan kita. Buat ku bertanya, adilkah ini ?
‘Salahkah Aku -Tia AFI’
+++

Para jemaat sudah pulang, bahkan mungkin ada yang sudah pergi ke tempat lain. Bahkan penjaga gereja pun sudah dua kali mengingatkan padanya bahwa gereja harus segera ditutup. Besok gereja dipakai untuk sebuah acara pernikahan, jadi hari ini harus segera dibersihkan dan dirapikan, juga sedikit dihias. Tapi onad terlalu khidmat dalam berdoa. Telapak tangannya saling bertaut. Bibirnya bergerak-gerak kecil. Sesekali ia menghela nafas berat. Tadinya onadio duduk di barisan agak belakang, tapi sekarang ia bersimpuh tepat di altar depan. onad semakin khidmat berdoa. Sentuhan lembut di bahunya menyadarkan onad.

“keyla? Kenapa masuk ?” onad terpekik kaget setengah heran. Cepat-cepat ia tarik keyla keluar gereja. “Kenapa masuk ?” onad kembali bertanya saat mereka sudah berada di dalam mobil. Ia sempat melirik sebal kepenjaga gereja yang juga memasang tampang sebal.

“Tadi kata penjaga gereja, gerejanya harus segera dibersihkan. Dan dia nyuruh aku jemput kamu.”

“Ck! dasar.” Umpat onad. Kali ini tatapan garang ia lempar kepenjaga gereja. Tapi sialnya si penjaga gereja sudah hilang entah kemana. Ia menatap keyla, lalu mengelus lembut jemari gadisnya itu. “Kamu kan bisa telpon aku. Gak usah pake masuk.”

keyla tersenyum kecil. “Kamu kan selalu nonaktifin hp kalau sedang di dalam gereja.”

onad terkikik malu. Benar juga kata keyla. Tapi wajar saja bila penjaga gereja itu menyuruh keyla menjemputnya. Tadi dia benar-benar lupa semua. Dia hanya ingin berdoa terus pada Tuhan. Mungkin saja pun keyla bosan menunggu terlalu lama di mobil. onad mengacak rambut keyla. Ia hidupkan mesin mobil, dan pergi. Sesekali ia melirik keyla yang tampak duduk manis sambil meneliti gerimis. key, key, dan key. onad terkadang heran. Kenapa ia bisa sampai tergila-gila pada gadis yang bahkan kata beberapa temannya tak istimewa sama sekali. Postur keyla tidak bisa dikatagorikan langsing, tidak juga gemuk. Tapi ya cukup lah. Keyla tidak berkulit putih seperti kriteria cewek yang diidam-idamkannya. Rambut Keyla bahkan hanya sebahu lebih panjang, dan itupun selalu dikonde asal-asalan. Keyla tidak feminim sama sekali, tapi bukan berarti urakan juga. Bisa di bilang, nilai Keyla hanya sedikiiiit di atas rata-rata. Sedikit sekali. Tapi sekali lagi Onad selalu berdecak heran, dari pertama ia bertemu Keyla, ia langsung suka bahkan jatuh cinta. Dan sampai hubungan mereka memasuki tahun keempat. Rasa cinta Onadio tidak berkurang sedikitpun. Malah semakin besar.

Keyla memalingkan wajahnya. “nad, ajak anak-anak ke pantai dooong. Aku bosen nih. Masa’ tiap minggu kita gini-gini aja. BT tau.” onad terkikik geli kalau sudah melihat keyla merengek begini. Muka keyla jadi lucu. Pipi ia kembungkan, dan manyun. Muka ditekuk-tekuk. Dan yang paling lucu itu, keyla selalu meniup-niup poninya jika sedang ngambek. onad semakin dibuat gemas.

“Ajak semuanya ?”

keyla mengangguk semangat. “Iya. Semuanya. Kan rame-rame enak, nad. Sekalian cuci mata.” Setelah itu keyla terkikik-kikik sendiri sambil memainkan embun di kaca mobil. Onad memicing curiga mendengarnya.

“Seneng amat, Mbak ?”

“Cieee yang  cemburu nih. Gak kok. Becanda. Maksud aku tuh sekalian refresing.” keyla mencium sekilas pipi kiri onad. Onad langsung mengubah raut curiganya menjadi senyum bahagia.

Ini yang paling onad suka dari keyla. keyla-nya ini ceria, lucu dan ngegemesin. Onad segera mencubit pipi chubby keyla dan balas mencium pipinya. Onad  melajukan mobilnya ke rumah Alvin. Kalau dipikir-pikir, benar juga ide keyla. Ke pantai ide yang brilian setelah dua minggu berkutat dengan soal-soal UAS. Alvin dan Rakka pasti setuju. Onad  mengambil hp-nya dan segera mengirim pesan singkat pada rakka. menyuruh rakka untuk stay di rumah Alvin. Onad  jadi tidak sabar untuk berselancar dengan keyla. Pasti seru. Senyum onad semakin merekah-rekah.

+++

Pantai hari ini tidak seperti biasanya. Kalau biasanya hari libur ramai, tapi hari ini terbilang sepi. Hanya ada beberapa tumpuk manusia yang terlihat bersenda gurau. Bahkan tak ada yang bermain selancar. Onad  melirik keyla yang berdiri di sampingnya. Keyla tampak berbinar-binar menatap hamparan laut. Keyla memang sangat suka pantai. Onad mengajak semuanya ke salah satu pondok. Mereka duduk di sana.

“key, selancaran yuk ?” Ajak rakka semangat. rakka sudah bersiap menarik keyla ke penyewaan papan selancar, tapi dengan gesit onad menahan keyla dan melepas genggaman rakka.

“keyla sama gue.” Tukas onad.

“Aduh, naad. Bukan saatnya cemburu-cemburuan deh. Yuk, key.”

“Eh, Cicak. Lo budek ya ? keyla  selancaran sama gue. Gue pacarnya.” onad berujar semakin tajam sambil memelototi rakka.

“Ck, Si onad gak asik. Pinjem ceweknya sebentar aja gak boleh. ” rakka mencibir dan kembali duduk di samping Alvin yang masih anteng memainkan hp. Tiba-tiba mata rakka membulat. Ia melihat jelas seorang gadis dengan hotpans hitam dan kaos merah sedang berselancar ria. Itu keyla. “keyla, nad !” Pekik rakka menunjuk ke pantai.

onad menoleh. Matanya ikut membulat. “keyla ?”

“Dia sebel ngeliat kalian berantem. Trus pergi deh dia. Gue denger kok tadi dia pamit sama lo, nad.” Celetuk Alvin tanpa memalingkan matanya dari layar hp. Malah semakin serius.

onad  berdecak sebal. Huh! gara-gara rakka nih. Ia pelototi rakka lalu menghempaskan tubuhnya di samping Alvin. Onad jadi gak mood main selancaran. Ia memilih memperhatikan keyla dan rakka yang sekarang selancaran bareng. Onad  menoleh ke Alvin.

“Smsan lo, Bro ?” Alvin menggeleng. “Terus ?”

“Lagi nyari pacar seiman.”

Deg.. seperti ada hantaman keras sekeras-kerasnya sedang memukul jantung onad bertubi-tubi. Alvin tersenyum sekilas lalu kembali larut dengan hp-nya. Onad langsung berubah muram dan sayu. Tatapan matanya kosong. Ia melempar-lempar pasir sembarang berharap rasa ketakutannya selama ini juga ikut terlempar. Ia alihkan pandangannya pada keyla. Keyla terlihat senang sekali. Senyum kecil tersungging di sudut bibir onad. Merasa kehancuran akan semakin mendekati ia dan keyla. Onad sadar, di antara ia dan keyla ada dinding besar dan sangat kokoh yang tak akan bisa dihancurkan. Onadio seakan tercekik. Dalam mimpipun ia tak mau kehilangan keyla.

Senggolan Alvin membuyarkan lamunan onad. Onad menoleh malas. “Napa, Vin ?” Bukannya menjawab, tapi Alvin malah celingak-celingung seperti orang linglung. Onad berdecak kesal. Ini Alvin nyari apaan sih ? “Kenapa sih, Vin ? Lo nyari apaan ?” onad mulai tak sabar.

“Itu, kok si rakka sendiri ? keyla mana ?” Alvin menunjuk ke pantai. Benar. rakka cuma sendiri. Tak ada keyla. Onad jadi gusar. Ia bangkit dan berlari tak sabar ke pinggiran pantai. Ia melihat sekeliling. Nihil. Keyla tidak ada. Mata onad menyipit melihat tangan menggapai-gapai di tengah laut. Onad seakan tersengat listrik. Tidak peduli teriakan Alvin yang penuh kekhawatiran. Onad sesegera mungkin berenang ke tengah laut. Detak jantung onad seakan berhenti melihat wajah pucat yang tak sadarkan diri di pelukannya. Cepat-cepat ia bawa keyla ke tepi.

“key ! Bangung, key. Jangan bikin aku takut, key.”

onadio menguncang-guncang putus asa tubuh lemah keyla. Tak ada reaksi. Ia cek detak jantung keyla. Masih ada, namun putus-putus. Ketakutan onad menjalar sampai ke otak. Ia guncang-guncangkan lagi tubuh keyla. mencoba menekan dadanya, tapi seperti tadi, tetap tak ada reaksi. Tak ada pilihan lain. onad menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah keyla. Onad menarik nafas, dan menghembuskannya kemulut keyla. Orang-orang yang mengerumuni mereka terpekik kaget. Onad tampak seperti orang kesetanan terus memberi nafas buatan pada keyla.

“Uhuukk,,,”

Semuanya tersenyum lega. Onad seketika memeluk keyla dan tanpa sadar ia menangis. Keyla masih terlalu lemah membalas pelukan onad. Ia hanya diam dengan nafas yang masih sepenggal-sepenggal. Onad menggendong keyla dan segera membawanya ke mobil. Alvin dan rakka menyusul di belakang.

“Lo ceroboh.” Ujar onad dingin. Walau onad berbicara menghadap ke keyla, tapi rakka tau itu untuknya. rakka hanya diam memperhatikan onad menyelimuti keyla. Ia tau ia salah. Wajar bila onad marah. Karena onad pernah mengatakan pada rakka bahwa keyla harus selalu di dampingi saat selancaran, keyla cepat kram kakinya. Rakka ingat itu. Tapi tadi ia benar-benar keasyikan sendiri. Sampai lupa pada keyla. “Sayang, kita pulang ya ?” onad mengelus sayang rambut keyla. keyla mengangguk lemah.

onad berbalik. Ia melempar kunci mobil pada Alvin. “Gue yang bawa, nad ?” Tanya Alvin memastikan. Onad mengangguk. Ia masuk ke pintu belakang. Di samping keyla.

“Gue mau nemenin keyla.”

Alvin mengangguk paham. Ia berlari kecil ke pintu pengemudi. Rakka ikut masuk ke dalam mobil. Mobil melaju. Sesekali rakka melirik onad dan keyla lewat spion. Ingin minta maaf, tapi raut wajah onad sangat menakutkan. Dan rakka memilih diam.

+++

onad memandangi kalender dengan raut tak terbaca. Ia kembali gusar. Bahkan kali ini gusar yang sangat sangat gusar. Onad memandangi kalender di hadapannya lebih teliti lagi. Ia menghela nafas panjang. Tinggal tiga hari lagi. Waktu berlalu cepat rupanya. Pintu kamar onad terbuka. Sesosok wanita dewasa masuk sambil membawa beberapa majalah. Onad tersenyum hangat. Ia mengajak Mami duduk di sofa dekat jendela kamar.

“onadio, kamu pilih sekarang. Ini Mami bawa beberapa contoh.”

onad memandang nanar majalah-majalah fashion di hadapannya. Ia ambil salah satu. Tak ingin mengecewakan Mami. Ia balik-balik sebentar. “Terserah, Mami, aja deh. onad bingung. Pilihannya terlalu banyak sih.”

Mami menunjuk sebuah gambar. Onad ikut memperhatikan dengan seksama gambar yang ditunjuk Mami. Onad mengangguk kecil. “Boleh juga, Mi. Bagus kok.”

“Yaudah, besok kita fitting ya, sayang. Kamu ada waktu kan ?”

“Pasti dong, Mam. Mami tenang aja.”

Mami mengelus lembut putra satu-satunya itu lalu melangkah keluar. Sepeninggalan Mami, muka onad kembali muram. Gurat-gurat kebahagiaan yang ia tampakkan tadi hilang seketika. Ia menatap layar hp-nya resah. Wallpaper-nya keyla. Semakin hari ia semakin mencintai keyla. Onad tak yakin dalam waktu tiga hari ia mampu memutuskan keyla. Tapi ini sudah menjadi keputusan. Sampai kapanpun, dinding kokoh di antara mereka tak akan runtuh. Jalan satu-satunya hanyalah menyerah. Onadio melempar begitu saja hp-nya. Membuangnya sembarang. Melihat wajah lucu keyla hanya membuat hatinya resah dan merasa bersalah. Menimbang-nimbang sebentar, onad mengambil kunci mobil. Waktu terus berjalan, dan onad sampai detik ini belum melakukan apapun. onad terlalu takut melangkah.

+++

Rumah Alvin memang selalu tampak sepi. Onad menyeberangi ruang tamu, ia berhenti di dapur. Ternyata Alvin sedang mencuci piring. Onad kagum pada Alvin. Menurutnya Alvin ini berbeda dari cowok kebanyakan. Walaupun ia laki-laki, tapi ia tidak keberatan melakukan pekerjaan-pekerjaan perempuan seperti cuci piring bahkan memasak. Alvin bukan orang berada yang apa-apa ada pembantu. Tapi Alvin terlihat sangat bahagia. Rumahnya yang sederhana acap kali menjadi tempat nongkrong mereka kalau suntuk. Onad duduk lesehan di pintu masuk dapur.

“Vin,,,”

Gelas hampir saja jatuh. onad terkikik. Dalam kondisi kaget begitu Alvin terlihat seperti emak-emak. Alvin melotot ganas. Selepas menyusun piring dan gelas di rak piring, Alvin ikut duduk lesehan di samping onad. Tatapan matanya masih galak. onad semakin terkikik.

“Untuk gak pecah. Kalau pecah, Ibu gue bisa ngamuk-ngamuk.”

“Yaelah, Vin. Kayak anak perawan lo ngomel-ngomel begitu.”

“Sialan lo.” Alvin menoyor kepala onad. “Ngapain lo ke rumah gue ? Cuma mau gangguin gue cuci piring ?”

“Kalem, Bro. Gue mau curhat.” Wajah onad berubah sendu. Ia menunduk dan menghela nafas putus asa. Alvin mengerti. Onad sudah pernah bercerita sedikit sebelumnya. Jadi Alvin lumayan mengerti apa yang dipikirkan onad sekarang. Alvin menepuk pelan pundak sahabatnya.

“Lakuin sekarang, naad. Cepat atau lambat lo juga tetap harus sakitin dia. Jangan berfikir dengan mengulur waktu malah menjadikan semua akan baik-baik aja. Salah, nad.” Papar Alvin bijak.

“Tapi”

“onad, lo sama dia itu beda. Kalian gak mungkin sama-sama. Dulu gue kan udah bilang, gak usah sma dia.” Alvin berdecak. “Harusnya lo biarin aja dulu dia sama rakka. Ribet kan lo sekarang.”

“Gue cinta mati sama keyla, Vin.” Ujar onad, lirih. Kalau tidak mengingat sekarang sedang bersama Alvin, pasti onad sudah menangis frustasi. Ia tatap Alvin. Ia menunduk lagi. “Gue harus gimana ? Gue gak mau putus keyla.”

“nad,,,” Alvin menegakkan tubuh onad. “Lo mau duain istri lo gitu ? Lo mau tetap pacaran dengan keyla sedangkan lo udah punya istri ? Sadar, nad. Lo malah nyakitin dua orang sekaligus.”

Otak onad membeku. Tidak bisa berfikir. Ia menatap lurus ke depan, namun kosong. Memorinya menari-nari jauh ke belakang. Membuatnya memiliki dunia sendiri sesaat. Alvin ikut diam. Bingung dengan sahabatnya ini. Onad tersenyum miris. Ia mulai berujar. “Iya, bener kata lo, keyla gak ada menarik-menariknya sama sekali. Dia ceroboh, heboh, dan hobbynya membahayakan. Tapi bagi gue itu sangat menarik. Apalagi waktu gue tau rakka suka sama keyla, keyla semakin terlihat menarik. Sangat menarik.” onadio menoleh ke Alvin. “Dan karena kami beda, itu yang ngebuat dia semakin menarik di mata gue.”

“nad, lepasin keyla. Kalian gak mungkin bersatu.”

onad menghela nafas. “Gue tau, Vin. Thanks.”

“Errr,,, Kapan lo mutusin dia ?”

onadio menatap Alvin. “Gak akan pernah.” Ucap onad tegas. Alvin tertegun. Sebegitu besarkah cinta onad ke keyla ? Bahkan keyakinan tak membuat onad berfikir jernih ? Alvin ikut menghela nafas. Mereka memilih duduk lesehan di pintu masuk dapur sambil menunggu ibu Alvin pulang.

+++

Dosakah aku mencintaimu, mendampingimu, menginginkamu ? Aku menjadi diri sendiri, tak peduli apa kata dunia. Yang ku nanti hari ketika cinta datang, cinta menang. Jadi sayangku bertahanlah bila terkadang mulutnya kejam.
‘Dosakah Aku -Nidji’
+++

Fitting baju sampai sore membuat onad tak mempunyai waktu untuk keyla sama sekali. Ia benar-benar kangen keyla. Dua hari tak bertemu keyla membuat sendi-sendinya semakin lemas. Ia bahkan tak sempat menelpon dan meng-sms keyla.  Panggilan dari keyla pun sama sekali tak ia jawab. Mengingat Mami yang menaruh harapan penuh padanya, membuat onadio sama sekali tak ada pilihan kecuali menyanggupinya. Onad menatap nanar wallpaper hp-nya. Ia kembali resah dan gusar. Apa yang harus ia katakan pada keyla ?

“nad, aku pulang bareng Pak Min aja ya. Kamu keliatan lelah banget. Kamu gak usah anter aku.” Aren berujar lembut sambilan memakai kembali syal-nya. Ia menghampiri Mami. “Mi, Aren pilih gaun kedua deh kayaknya.”

“Lho, kenapa sayang ?”

“Abisnya yang pertama ribet banget. Lagian…” Aren melirik onad. “onadio kan lebih suka yang simple, Mi.”

onad tak terlalu mendengar obrolan Aren dan Mami. Dalam pikirannya hanya ada keyla. Ingin segera menelpon keyla, tapi masih ada Mami dan Aren. Onad mendesah pasrah. Kisah cinta memang tak selalu berujung bahagia. Setidaknya onad sedang merasakannya sekarang.

+++

Kini tiba saatnya untuk merenungkan, apa ini yang memang kita inginkan ? Saatnya untuk mencari di segenap penjuru hati, apa kita mau menerima yang kita punya apa adanya ?
‘Persimpangan -The Rain’

+++

“Besok ?” onad langsung terduduk di tempat tidur. Sedetik kemudian ia malah mondar-mandir bingung. Ia mengetuk-ngetuk dahinya sendiri. “Gak bisa deh kayaknya.”

keyla mendesah kecewa. “Yaaahhh…”

“Emangnya mau kemana sih, Sayang ?”

“Ke pesta pernikahan temen aku. Masa’ aku pergi sendiri sih ? onaaaad ikut dong.” keyla merengek manja sambil sesekali menghela nafas kesal. Ia jadi keki sendiri dengan onad.

“Tapi aku beneran gak bisa, key. Aku udah janji duluan sama Mami.” onad menggigit bibir bawahnya takut. Takut keyla menyadari kalau dia berbohong. “Eh, tunggu, tadi kamu bilang pesta pernikahan ?”

Darah onad langsung berdesir mendengar sahutan ‘iya’ dari seberang. Pesta pernikahan ? Besok ? Apakah semua orang berfikir besok adalah hari yang bagus untuk menikah ? onad semakin gusar dan ketakutan. Ia berjalan ke balkon, tak sampai sedetik ia sudah rebahan di kasur, lalu kembali mondar-mandir. Kepala onad mendadak pusing. Keyla yang merasa onad tak menanggapinya berteriak agak kencang.

“ONADIO!”

“I,,,iya, aku masih di sini kok.” Onad mengatur nafasnya. Kamarnya mendadak jadi sumpek dan kekurangan kadar oksigen. “Pergi sama Rakka aja gimana ?” Kalau bukan karena terpaksa, Onad tak akan sudi menyebut nama Rakka apalagi menyarankan menjadi pasangan Keyla untuk pergi ke acara teman pacarnya itu besok. Ini sama saja memberikan peluang untuk Rakka merebut Keyla. Onad menggeleng cepat dan buru-buru mengubah usulannya. “Gak usah deh. Jangan pergi sama Rakka.”

“Lho ? Plinplan ih.”

“Ehmm,,, gak usah pergi aja gak papa kan, key ?” Tanya Onad hati-hati.

“Tapi dia temen baik aku.”

Onad berfikir sebentar. “Yaudah deh, boleh sama Rakka. Daripada kamu sendiri.”

Telepon pun di tutup dengan hasil akhir Keyla pergi dengan Rakka. Onadio kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Merenggangkan otot-ototnya, dan menyiapkan mental untuk melakukan hal terburuk yang pernah ia lakukan. Pintu kamar onad terbuka perlahan. Mami masuk dengan raut dingin. Onad segera bangkit dan duduk berdampingan dengan Mami di sofa dekat jendela.

“Mami dengar semuanya.” Ujar Mami tanpa penekanan sedikitpun. “Onadio, sejak kapan kamu tega menyakiti hati seorang wanita ?” Suara Mami bergetar. Onad hanya menunduk menunggu kelanjutan perkataan Mami. Jari-jarinya mulai ingin. Ia semakin ketakutan. “Dia gak salah, Onad. Kamu gak seharusnya mengajak dia masuk ke kehidupan kamu. Bukannya dulu kamu bilang kamu dan dia sudah putus ?”

Onad tetap diam. Jiwanya seakan melayang-layang entah kemana. Rasa takut, sedih, sakit, marah. Semua bercampur di dada Onad.

“Kamu menyakiti Mami, Aren, dan…keyla.” Intonasi Mami melemah saat menyebut Keyla. seperti ada rasa kecewa yang teramat sangat. “Tiga wanita sekaligus, naaad. Kamu kelewatan.”

“Mi, aku minta maaf.”

“Itu gak akan mengubah semua. Bagaimana nasib Keyla kalau tau besok kamu menikah dan sampai detik ini kalian masih berpacaran ? Kamu mau melihat dia bunuh diri ? Jangan konyol, Onadio.” Mami meraih jemari onad. “naaad, semua sudah terlambat.” Mami beranjak meninggalkan onad yang masih membatu di tempat duduknya. Setetes air bening merembes di sudut mata Onad. Isakan-isakan kecil mulai terdengar. Berlanjut jadi teriakan frustasi dan jerit histeris.

Onad merosot ke lantai. Bibirnya kelu. Tak sabar ia ambil hp-nya dan memeluk hp itu erat-erat. Seakan itulah benda berharga  Onad satu-satunya. Hanya itu yang ia punya sekarang. Hanya foto keyla yang bisa ia peluk erat. Besok adalah awal bagi Onad tanpa keyla. Dan parahnya itu untuk selamanya. Selamanya yang sangat lama.

+++

Pesta kebun. Serba hujau putih. Sangat sejuk dan menenangkan. Makanan dan minumanpun adalah hidangan yang ringan-ringan namun tetap istimewa. Tamu mulai berdatangan. Udara pagi yang sejuk membuat senyum merekah menghiasi setiap tamu yang datang. Onad yang di balut jas putih dengan kemeja hijau segar, tampak sangat tampan dan gagah. Ia berdiri tenang di depan pendeta menunggu mempelai wanita. Senyum tak lepas dari bibir Onad.  Onad angat menikmati hari ini. Hari yang terpaksa membuat ia berkhianat terang-terangan. Onad memandang sekeliling. Nafas lega segera menghujani. Onad. Kekhawatirannya sepertinya hanya buang-buang waktu saja. Dari arah berlawanan tibalah Aren dengan gaun putih berhiasan mutiara-mutiara kecil warna hijau. Serasi dengan Onad. Mereka berdua bertemu di altar.

“Kalian berdua resmi menjadi suami istri.”

Tepuk tangan meriah mengiringi ucapan pendeta. Onad membuka penutup wajah Aren dan mengecup kening Aren. Selanjutnya penyematan cincin yang juga di ikuti tepuk tangan meriah. Mami tersenyum bahagia, begitu pula orangtua Aren. Para tamu mulai menikmati makanan. Dan pengantin berjalan berkeliling hanya untuk sekedar bertegur sapa. Aren tersenyum senang melihat seseorang yang memang ia nantikan.

“Sayang, kenalin. Ini sahabat baik aku.”

Mata Onad seakan ingin keluar dari porosnya. Dan ada jutaan pisau yang menghujam tempurung kepalanya. Darah dan jantungnya seakan berlomba.Keyla. di hadapan Onad kini ada Keyla yang sedang mengulurkan tangan dengan senyum bahagia menghiasi bibir mungilnya. Suara  Onad tersangkut di kerongkongan mendengar suara ceria Keyla.

“Ya ampun,ren. Ini mah aku kenal. Onad kan juga temen aku.” Seru Keyla riang. Tanpa beban apapun. Aren tertawa renyah mendengarnya. Onad menjadi semakin pusing. Ia hampir saja menabrak pelayan yang sedang membawa minuman. Untung cepat ditahan oleh Aren.

“Onadio, kamu kenapa ?”

“Pusing kali. Kan baru married. Pusing mikiran malam pertama entar. Ya gak, nad ?” Rakka berseloroh setengah menyidir. Tapi jelas terselip nada kebencian dan kemarahan dari selorohan Rakka barusan. Rakka pamit pada Aren dan Onad. Ia tak lupa menyeret Keyla untuk ikut bersamanya. Alasan Rakka adalah tiba-tiba sakit perut. Padahal~~~

+++

Tangis Keylai tak juga berhenti. Matanya sampai merah dan bengkak. Rambut Keyla acak-acakan dan semua riasan Keyla luntur. Keyla tak lagi sanggup berkata-kata. Ia hanya diam sambil terisak-isak memilukan di pelukan Rakka. Andai ia bisa marah pada Onad . Tapi mengingat Aren, Aren sahabat baik Keyla. Sahabat yang terbaik. Tak pernah sekalipun Aren menyakiti Keyla. Lalu kenapa Keyla harus menyakiti Aren ? Keyla kembali menangis tersedu-sedu. Rakka semakin tidak tega. Pelukannya semaki erat dan erat. Seakan Keyla akan terbang kalau ia melonggarkan sedikit saja. Walau pantai sudah sepi, tapi mereka tetap diam. Tanpa sadar Rakka ikut menangis. Dia kesal, harusnya tadi ia membunuh Onadio.

+++

Tiga tahun berlalu sejak peristiwa Keyla melihat pacarnya menikah dengan sahabat baiknya. Walau
sebenarnya ia telah menyiapkan segala kesakitannya, tapi ternyata itu sangat sakit. Keyakinan memisahkan mereka. Baik jarak maupun waktu. Tapi hati, selalu berkhianat. Keyla sadar, untuk apa terpuruk terlalu dalam. Semuanya sudah selesai seiring kata ‘putus’ terlontar dari mulutnya di keesokan hari setelah ia datang ke pernikahan Onadio. Ternyata onad?ah sudahlah cerita Onad sudah habis. Keyla tak mau memikirkan itu lagi. Keyla dan Onad memang tak bisa bersatu. Selamanya. Selamanya yang sangat lama.

Sekarang…
Tak ada lagi komunikasi dengan laki-laki itu. Keyla tak mau tahu lagi kabarnya. Dan telinganya tak mau lagi mendengar namanya.
Keyla menjalani hari hari seperti biasa, walaupun sedikit berbeda. Tanpa pesan singkatnya, tanpa suara ditelpon genggam Keyla dengan suara yang khas. Keyla bahkan berprestasi dalam segala bisnis, band, dan kuliah, tak peduli pada masalalu yang sempat membayanginya selama ini. Tapi keyla memang tak mampu menyangkal, wajah Onadio yang masih hadir dalam malamnya ketika Keyla sedang mendengar lagu favorite mereka dulu. I love you for a thousand year, I’ll love you for a thousand more, Cristiana perry selalu pandai menyanyikan lagu ini dengan suara yang mendayu dayu namun mengemaskan. Memang benar, sebuah lagu mampu melempar seseorang ke masalalunya, dan aku selalu mengalami hal itu, lagi dan lagi.

“Berbeda itu indah, tapi akan sulit di satukan. Andai dulu kamu lebih ngliat aku, Key…” Suara lirih Rakka menggantung, dilanjutkan dengan desah nafas pelan. Tapi semua cukup terdengar di telinga Keyla. Keyla menorah ke pintu kamar yang terlihat sosok Rakka di depan pintu.
Andai memang dulu ia lebih melihat Rakka, mungkin akan lain ceritanya.

Kini tiba saatnya untuk merenungkan, apa ini yang memang kita inginkan ? Saatnya untuk mencari di segenap penjuru hati, apa kita mau menerima yang kita punya apa adanya ? Sanggupkah kita saling meredam ? Ataukah hanya saling bertahan ? Sanggupkah kita untuk memaafkan ? Ataukah hanya saling menyalahkan ? Akhirnya kita temukan pahitnya persimpangan, saat harga diri seolah segalanya, mahal harganya.

No comments:

Post a Comment