Kini, siang ini. Aku berdiri disebuah pusaran, menatap nisan
yang bertuliskan nama “cakka kawekas nuraga”. Kekasih yang aku cintai,
belahan jiwaku, hembusan nafasku
dan mungkin bila sekarang
ia masih ada disampingku, ia akan menjadi calon suamiku. Tapi smua ini
tak akan mungkin terjadi kalau cakka tak mengalami peristiwa itu.
Seminggu
yang lalu, tepatnya pada malam hari, aku mengadakan party bersama
teman-temanku dirumah Zevana sebagai tanda kelulusan pasca kuliah. Party
berjalan dengan meriah, namun ketika waktu menunjukan pukul 23.30,
hujan turun dengan derasnya padahal aku sudah memutuskan
untuk pulang.
Cakka
terus menelpon ku, berharap aku dalam keadaan baik-baik saja, mungkin
ia khawatir karna diluaran sana sedang turun hujan, ia terus memaksaku
untuk tetap diam dirumah Zevana sampai ia datang untuk menjemputku.
“Kka,
kamu gak usah jemput aku. Diluar sana sedang hujan deras, aku akan
pulang sendiri bila hujan sudah mulai berhenti” ucapku kepada Cakka
melalui via telpon
“aku akan tetap jemput kamu Ni, kamu tunggu disana ya. 10 menit lagi, aku akan sampai dirumah Zevana”
“tapi kka…Ttuut.. Ttuut.. Ttuut..”
“hallo.. Kka..” sambungan via telpon pun terputus
Aku
hanya menggerutu sebal, seenak jidatnya ajah si Cakka main memutuskan
sambungan telponnya padahal aku belum sempat berbicara sesuatu
kepadanya. Kini aku sedang berdiri dipojokan tembok untuk menunggu
Cakka, hujan sudah mulai berhenti tapi butir-butirannya masih menghiasi
malam nan dingin ini.
Tak lama mobil Cakka berhenti
disebrang jalanan sana, kontan aku langsung melambaikan tangannku
kepadanya. Aku tersenyum bahagia saat Cakka mulai turun dari mobilnya
sambil memakai payung berwarna hitam polos, sungguh beruntungnya diriku
memiliki kekasih seperti dirinya, rela menjemputku walau sudah larut
malam ditambah dengan tadi hujan turun begitu saja dengan derasnya.
Cakka berdiri gagah dengan tangan kirinya memegang
gagang payung dan tangan kanannya membalas lambaian tanganku, senyumnya pun tak berhenti terpancar dari garis bibirnya.
Ia
masih berdiri dengan memegang payung itu, senyumnya pun tak pudar sama
sekali, ia masih terus memberikan senyumnya itu kepadaku walaupun aku
tak begitu jelas melihatnya. Cakka mulai menyebrang jalan untuk
menghampiriku, tapi tiba-tiba perasaanku berkata lain, aku tak ingin
cakka menghampiriku. Biar aku yang menghampiri cakka walaupun butiran
air hujan itu masih ada..
Dan…
“Cakkaaaaaaaa” teriakku keras, mataku membulat, dadaku mulai sesak..
“gak mungkin… cakkkaaaaaaa”
Payung hitam yang dipeganginya pun terlempar keatas dengan sendirinya, badannya terseret hingga 10 meter
jauhnya. Sedangkan mobil yang tadi menabraknya, pergi begitu saja.
Aku
segera berlari untuk menghampirinya, tak peduli walaupun badanku basah
kuyup akibat butiran air hujan yang terusmengguyurku. Darah segar
mengalir begitu saja dari kepalanya bersamaan dengan turunnya hujan. Aku
menangis tak percaya, ku tatap wajahnya iba, ku letakan kepalanya
diatas pahaku.
“Kka, banguuun.. jangan tinggalin aku!!” teriakku dihadapan wajahnya
Ku
coba untuk membangunkannya, tapi nihil. Ku belai pipinya, perlahan ku
usap darahnya dengan telapak tanganku. Aku mulai mengangkat telapak
tanganku dan meletakannya kedepan wajahku, aku tatap telapak tanganku
dengan rasa tak percaya, darah cakka begitu kental namun kemudian hilang
terbawa aliran air hujan.
Aku goyangkan tubuh cakka, aku genggam tangannya.. “tuhan, jangan pisahkan aku dengan cakka” batinku menangis
“cakkkkkkkkaaaaaaaaaa” terikku histeris, aku meraung-raung akan kejadian ini
Begitulah kejadian yang masih terus membayangiku, seminggu sudah Cakka pergi meninggalkan diriku. Sendiri, disini!!
“Agni, kita pulang yuk. Hari sudah mulai sore” ka Alvin membuka suara, aku menatapnya sayu perlahan mulai mengangguk kecil
****
Esok
harinya, aku memutuskan untuk pergi kemakam Cakka. Aku ingin hari ini
bisa ada disampingya. Aku terduduk lesu, ku letakkan mawar merah yang
tadi ku bawa disamping nisannya, perlahan kusentuh batu nisannya,
kurasakan sentuhan itu seperti aku sedang menyentuh pipinya. Air mataku
mulai turun,aku ingat smua waktu yang telah aku dan cakka habiskan
bersama, aku ingat saat cakka memperkenalkan dirinya dihadapanku, aku
ingat saat cakka menyatakan perasaannya kepadaku, aku ingat saat cakka
mengajakku untuk bertunangan, aku ingat saat cakka meminta ijin kepada
ayah, bunda dan ka Alvin untuk menikahiku dan hal yang paling sangat aku
ingat adalah saat cakka mulai pergi meninggalkan diriku sendiri.
“kamu sayang aku?” tanyaku
“hey, kenapa kamu harus bertanya sepeti itu Ni? Aku sayang kamu, melebihi apapun” jawabnya yakin
“kamu janji gak akan tinggalin aku kan Kka?”
“aku janji, sampai kapan pun aku tidak akan pernah meninggalkan mu sampai maut
yang akan mengakhiri
dan memisahkan hubungan kita nantinya”
Ku
peluk erat tubuh cakka, aku tak ingin kehilangan dirinya. SUNGGUH, AKU
TAK INGIN KEHILANGAN DIRINYA. Cakka mengelus rambutku sayang, perlahan
ia kecup keningku lama. Aku merasakan kenyamanan itu. Tapi?? Kini?? Ia
pergi meninggalkan diriku tanpa kembali.
Langit mulai
gelap, padahal waktu masih menunjukan pukul 3 sore. Rintikan air hujan
mulai turun, aku mulai kembali mengingat smuanya..
Langit begitu gelap..
Hujan tak juga reda..
Kuharus menyaksikan,
Cintaku terenggut tak terselamatkan..
Ingin ku ulang hari..
Ingin ku perbaiki..
Kau sangat kubutuhkan..
Beraninya kau pergi dan tak kembali..
“kenapa kamu harus tinggalin aku secepat ini sih Kka?”
ucapku terisak bersama turunnya air hujan
Dimana letak surga itu...
Biar ku gantikan..
Tempatku denganmu..
Adakah tangga surga itu..
Biar kutemukan untuk bersamamu..
“aku gak sanggup hidup tanpa kamu Kka, aku disini sendiri, aku butuh kamu”
“kamu gak boleh tinggalin aku Kka, aku pengen nyusul kamu. Disana, disurga”
Ku biarkan senyumku..
Menari diudara..
Biar semua tau,
Kematian tak mengakhiri..
“walau kamu sedang
jauh disana, aku akan tetep yakin bahwa rasa sayang dan cinta kamu ke aku akan slalu ada”
“aku sayang kamu kka, kamu harus janji kalau kamu akan slalu mengisi kekosongan hatiku ini”
“kamu memang sudah pergi kka, tapi bagiku kamu masih hidup karna sampai kapan pun kamu akan slalu ada didalam
hatiku”
“slamat tinggal Cakka Kawekas Nuraga, biarlah smua kenangan kita terekam oleh aliran air hujan yang terus turun mengalir”